Pak Tua
Kamu yang sudah tua, apa kabarmu
Katanya baru sembuh, katanya sakit
Jantung, ginjal, dan encok, sedikit sarap
Hati-hati Pak Tua istirahatlah
Di luar banyak angin
Kamu yang murah senyum, memegang perut
Badanmu s’makin tambun memandang langit
Hari menjelang magrib, Pak Tua ngantuk
Istri manis menunggu, istirahatlah
Di luar banyak angin
Pak Tua sudahlah
Engkau sudah terlihat lelah
Pak Tua sudahlah
Kami mampu untuk bekerja
Pak Tuaa……….
Lirik lagu di atas adalah salah satu lagu lawas yang dinyanyikan oleh Elpamas, kebetulan tadi barusan ndengerin lagu ini (thanks to tjokro atas kiriman mp3 nya 🙂
Dan kebetulan setelah nyari di google nemu biografi Elpamas di musikmu.com sayangnya broken link, saya copy paste dari google cache untuk menyelamatkan biografi ini 😀
Nama Elpamas tadinya merupakan kependekan dari “Elektronik Payung Mas”, nama sebuah toko elektronik milik Anthony Depamas yang menyuplai peralatan band buat para personel Elpamas. Belakangan, kepanjangan nama Elpamas diplesetkan ke dalam bahasa Jawa, yaitu Elek-elek Pandaan Mas. Karena band ini memang berasal dari daerah Pandaan, Malang (Jawa Timur).
Awal terbentuk, sekitar tahun 1983, Elpamas tidak langsung memainkan musik rock. Lewat panggung-panggung tingkat RT dan ‘bergerilya’ dari kampung ke kampung, Elpamas dikenal luas sebagai band yang mengusung musik dangdut.
Tapi kemudian, Elpamas tidak terlalu lama mengusung jenis musik ini. Tahun berikutnya, menjelang mengikuti festival rock yang digelar oleh Log Zhelebour, promotor, mereka pun ganti haluan. “Karena pada dasarnya Elpamas lebih senang memainkan musik rock,” ujar Rastato, dramer.
Elpamas mulai memperlihatkan talentanya sebagai grup rock yang layak diperhitungkan saat mereka berhasil merebut gelar Juara III di “Festival Rock Se-Indonesia” tahun 1984. Bahkan saat event tersebut digelar lagi pada tahun 1985 dan 1986, Elpamas yang waktu itu diperkuat oleh Dollah Gowi (vokal), Toto Tewel (gitar), Didiek Sucahyo (bas), Edi Daromi (kibor) dan Rastato mampu meraih predikat Juara I selama dua kali berturut-turut. Sementara Toto Tewel, juga mampu mengantongi gelar sebagai gitaris terbaik.
Karir Elpamas kemudian semakin terasah dengan seringnya mereka tampil di pentas-pentas musik besar, antara lain mendampingi God Bless pada “Tour Raksasa Gudang Garam”, tahun 1989.
Di dunia rekaman, nama Elpamas juga mampu mencatat prestasi yang cukup lumayan. Salah satu lagunya, yaitu Pak Tua menjadi tembang klasik mereka yang mungkin paling dikenal masyarakat. Tembang karya Pitat Haeng (nama samaran yang digunakan Iwan Fals) yang termuat di album Tato tersebut konon mampu mendongkrak penjualan albumnya hingga mencapai angka 85.000 keping. Sebuah jumlah yang membanggakan pada masa itu.
Lagu itu sendiri — yang bercerita tentang seorang penguasa yang sudah tua tapi belum mau pensiun — sempat dicekal, tidak boleh ditayangkan di TV. Pasalnya, liriknya dianggap telah menyinggung penguasa orde baru.
Namun demikian, sebagai grup yang boleh dibilang sudah kenyang dengan asam garam dunia panggung, sayang tidak diikuti dengan mobilitas tinggi untuk menghasilkan rekaman. Mereka baru mengeluarkan lima album, padahal usia band tersebut sudah lebih dari 15 tahun. Salah satu penyebabnya, menurut Toto, karena di tubuh Elpamas sering sekali terjadi pergantian formasi sehingga mempengaruhi kestabilan grup.
Misalnya posisi vokalis. Banyak sudah nama yang pernah keluar masuk menyandang tugas tarik vokal ini. Menurut Toto, Elpamas sudah sembilan kali ganti vokalis. Di antaranya, ada nama Dollah Gowi, Baruna (kini mengibarkan grup Jagad) dan Ecky Lamoh (mantan vokalis Edane). Bahkan, Andi Liany (alm) sempat pula bergabung, meski tidak sempat masuk rekaman. Sementara itu, Doddy Keswara masuk formasi setelah disodorkan oleh Baruna.
Selain karena mereka memang kurang produktif mengeluarkan album rekaman, waktu Elpamas juga lebih banyak tersita untuk tampil di kafe-kafe. Belum lagi beberapa personelnya banyak terlibat proyek lain. Toto Tewel misalnya. Bersama Doddy Keswara, ia turut memperkuat grup Kantata, pimpinan Setiawan Djody dan sesekali mengisi gitar untuk beberapa penyanyi solo.
Dengan banyak bermunculan grup musik baru, justru memacu mereka untuk tetap berupaya mempertahankan eksistensi Elpamas. Salah satu jalan yang ditempuh ialah dengan menciptakan pasar musik di panggung. Mereka memilih memperbanyak bermain di kafe-kafe membawakan lagu dari grup legendaris tahun 70-an seperti Deep Purple, Led Zeppelin, Uriah Heep, Yes dan Kansas.
Setelah merilis Dongeng, Didik Sucahyo cabut dari Elpamas. Posisinya sempat digantikan oleh Edot, mantan basis Q-Red (grup Toto sebelum bergabung di Elpamas). Kini, posisi ini kemudian diisi oleh Harto. Sementara di jajaran vokal, Amiruz dan Ecky masuk menggantikan Doddy Keswara yang mengundurkan diri setelah pembuatan album Dongeng.
Amir Roez sendiri bukanlah nama baru di dunia musik Indonesia. Sebelum bergabung di Elpamas, vokalis asal Solo ini pernah tercatat sebagai vokalis grup Dimensi, band yang antara lain diperkuat oleh Yuke Sumeru dan Donny Suhendra.
Ia juga pernah ‘ngamen’ bersama Anto Hoed (basis Potret), Kadek Rahardika dan Lian Panggabean mengibarkan 2GT2. Bahkan, sebuah album solo berjudul Goyang Dunia pernah pula ia lahirkan. Di Elpamas, Amir mengaku sudah tidak asing dengan personelnya, terutama Toto Tewel. Ia sudah kenal Toto sejak keduanya terlibat penggarapan lagu soundtrack untuk film “Macan Kampus”.
April 2003, Elpamas merilis album 60km/jam dengan personel Toto Tewel, Tato, Edi Daromi, Harto, Amiroez dan vokalis Decky Sompotan.
Diskografi:
Dinding-dinding Kota (1989)
Tato (1991)
Bos (1993)
Negeriku (1997)
Dongeng (2000)
60km/jam (2003)
Leave a Reply