Gazebo
dheche's Hideout
Navigation
  • Contact Me
  • Me, I and My Self
You are here: Home › General › Apes Membawa Nikmat

Apes Membawa Nikmat

December 6, 2011 | Filed under: General, Kuliner, Personal

Sebenarnya sudah lama ingin mampir ke Grand Food Court (GFC), sebuah pujasera yang baru saja buka beberapa hari yang lalu, meskipun itu baru merupakan peluncuran awal (softlaunching) bukan peluncuran akbarnya.
Niat itu selalu saja kandas, penyebabnya terutama karena teman yang biasa saya ajak untuk berwisata kuliner masih sibuk mengurusi si kecil Keke. Iya, teman yang saya maksud itu istri saya … Hehehe

Hari minggu sore kemarin, si ibu ingin menyantap “Puthu Lanang”, nama sebuah lapak penjaja kue putu dan jajanan pasar yang sudah melegenda di kota Malang.
Lapaknya berlokasi di sebuah gang di pinggir jalan Jaksa Agung Suprapto, dekat Bank Mandiri.

Sampai di TKP, ternyata masih tutup. Entah karena hari minggu atau saya datangnya terlalu sore. Biasanya sih kalau beli di situ selalu pas pulang kantor, jadi memang biasanya beli agak malam.

Sambil memutar motor, langsung teringat GFC. Aha, kan di sana si puthu lanang buka lapak juga ya … Langsung saja tancap gas ke pujasera yang berlokasi tepat di sebelah gedung Telkom Blimbing itu.

Di atas kuda besi yang berjalan perlahan menyusuri jalan yang tampak lengang itu, pikiranku kembali menerawang. Mumpung akan mampir ke GFC, kira-kira apa ya yang layak diicipi?
Dari informasi yang sempat aku baca, baik hasil dari menjelajahi blog, mengintip kicauan di tanah para pengicau maupun membaca langsung situs GFC, konsep pujasera yang satu ini memang berbeda kalau dibandingkan dengan pujasera-pujasera lain yang sudah banyak betebaran di kawasan Malang Raya ini.
GFC berupaya menghadirkan kuliner-kuliner pilihan yang sudah punya nama besar di Malang. Jadi kalau saya pikir untuk masalah rasa sudah pasti tidak perlu dipertanyakan lagi. Justru ini yang membuat saya bingung harus memilih yang mana dulu.

Tak berapa lama akhirnya sampai juga di parkiran GFC yang cukup luas. Dan hati saya sudah mantap untuk membawa pulang putu, cenil dan lumpia. Iya, memang saya sedang tidak ingin berlama-lama di luar rumah.

Saat kaki melangkah masuk, tampak ruang yang cukup luas. Terlihat ada ruang lain di ujung belakang yang dibatasi oleh pintu kaca, sayang tak sempat mengintip seperti apa suasana di ruang tersebut. Beberapa televisi tergantung di dua titik. Deretan lapak kuliner top yang ada di Malang berderet di sebelah kiri. Memang tampak beberapa masih kosong. Suhu ruangan terasa nyaman, jejeran pendingin ruangan tergantung di bagian atas sebelah kiri-kanan. Para pegawai tampak bersliweran melayani para tamu.

Langsung saja saya memilih tempat duduk yang berada di tengah ruangan tepat di depan tv.
Tak lama berselang seorang bapak setengah baya berambut putih menyodorkan sebuah buku menu sambil bertanya “Silakan, berapa orang pak?”. “Satu orang” jawabku singkat sambil menarik kursi. Si bapak jelas bukan pegawai GFC karena semua pegawainya memakai seragam sedangkan si bapak tidak. Mmhh, mungkin dia pemiliknya. Sudah bukan hal yang aneh kalau di tahap awal peluncuran seperti ini si pemilik turun langsung ke lapangan. Tapi memang saya tidak sempat berbincang-bincang dengan si bapak. Kemudian si bapak beranjak ke meja lain sambil sesekali mengatur para pegawainya.

Sambil membalik-balik buku menu, tangan saya langsung mengaktifkan koneksi nirkabel di gawai yang setia menemaniku. Koneksinya lumayan cepat, mungkin karena saat itu pelanggan yang datang masih belum banyak. Mudah-mudahan sih tetap terjaga kualitasnya meskipun nanti tempat ini disesaki oleh para pemburu kuliner.
Harga yang dipatok juga tidak terlalu jauh dibanding lapak aslinya, sebagai contohnya harga putu di lapak aslinya sekitar 7000an, sementara di GFC dipatok 7500, hanya selisih lima ratus rupiah.

Tak sempat berlama-lama menikmati koneksi, datang si mbak yang menanyakan mau pesan apa.
Untuk minumnya saya memilih Lyche Breeze kemudian tiga porsi kue putu yang saya minta dibungkus, terus … Mmhh … belum selesai saya menyebutkan pesanan lainnya tiba-tiba si mbak menyela pesanan saya, “Maaf pak untuk putunya masih belum bisa dipesan”.

Damn, ini namanya apes … mau tidak mau tangan kembali menari di atas buku menu. Akhirnya pilihan jatuh ke Mie Gadjah Mada. Ketika menunggu pesanan datang terdengar dering ponsel, telpon dari si ibu. Ternyata di rumah sedang tidak ada makanan, jadi saya dititipi untuk membeli lauk. Saya sebut saja beberapa lapak yang terlihat dari tempatku. Oke, kita sepakat untuk mencoba Rawon Tessy, saya pesankan seporsi rawon buntut dan seporsi rawon iga untuk dibawa pulang.

Singkat cerita, selesai menyantap mie dan meneguk segelas leci, saya pun beranjak pulang. Sesampai di rumah, langsung dilanjut dengan melahap dua jenis rawon yang tadi saya beli. Soal rasa tak usah dipertanyakanlah, baik yang saya santap di pujasera maupun yang di rumah, semuanya mantap. Hanya ada yang kurang sedikit, kecambah sebagai teman makan rawon yang disertakan ternyata sedikit sekali. Tapi oke lah, mungkin sedikit khilaf ๐Ÿ™‚

Dan oh iya, ternyata saya sampai lupa kalau tadi ingin mengicipi lumpia …. hihihihi, lain waktu lah mampir lagi ke sana ๐Ÿ™‚

Did you like this article? Share it with your friends!

Tweet

Written by dheche

Follow me on Twitter

5 Responses to "Apes Membawa Nikmat"

  1. djeffrey says:
    December 14, 2011 at 03:07

    lho.. iki wis mbayar kan… kok gk diceritakno mbayare ? atau kata2 “nikmat” nya itu karena gratis ?

    Reply
  2. dudi says:
    December 27, 2011 at 11:11

    wuih iki panggon anyar yo che?

    hmmm… rawon tessy, puthu lanang… jancuk kok enak kabeh ngono rek ๐Ÿ™

    Reply
  3. dheche says:
    December 27, 2011 at 11:56

    @jefry: mosok aku tau mbayar ?

    @dudi: oyi, lumayan lek males nang panggon asline siji-siji.

    Reply
  4. i2padatu says:
    September 19, 2012 at 07:05

    saya kemarin beli gado2 Pak Wito di dalam Pasar Oro2 Dowo, kata Pak Wito dia ndak buka cabang di Grand Food Court. Yang di Grand Food Court itu CAK Wito buka PAK Wito. Jadi palsu toh yang di Grand Food Court itu? kalau memang bukan gado2 Pak Wito di oro2 dowo, sebaiknya Grand Food Court tidak memakai nama itu, kasihan penggemar gado2 Pak Wito yang asli seperti saya, mengharap Pak Wito eh dapetnya Cak Wito?

    Reply
  5. densuko says:
    October 10, 2012 at 16:06

    ๐Ÿ™‚

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

  • Android
  • Coding
  • Design
  • Entertainment
  • Games
  • General
  • Kuliner
  • Linux
  • Manajemen
  • Music
  • Networking
  • Opinion
  • OS X
  • Personal
  • Security
  • Sepeda
  • Sport

Arsip

Tags

Arema Fedora Linux Sepakbola Sports

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Follow me on Twitter

My Tweets

Recent Posts

  • Slow Down Your Speed
  • Korban Stereotype
  • Mengubah Kebiasaan
  • Ruby dan Sysadmin
  • Mengkoneksikan WIFI dari CLI

Recent Comments

  • sohib sanam on Mengkoneksikan WIFI dari CLI
  • udinms on Dreambox
  • riri on Membuat VPN mempergunakan Openswan
  • bernhard on Dreambox
  • lintang utara on Dreambox

© 2025 Gazebo

Powered by Esplanade Theme and WordPress