STIKI dan Strategi Kolaborasi Global
Jam menunjukkan pukul 12.55, tepat lima menit menjelang acara “Dialog interaktif Strategi Kolaborasi Global“.
Meski kurang 5 menit, saya tak langsung masuk ke Ruang Seminar gedung A STIKI Malang, tempat acara ini digelar, tapi langsung merapat ke sebuah pohon dimana mas Rachmad Tsaalatsa sudah menunggu. Tak berapa lama disusul mas Dede Pradana yang merapat. Tinggal sang ketua KOLAM, Zen Rooney, yang belum datang. Setelah ditunggu 10 menitan tak kunjung datang, akhirnya diputuskan untuk langsung masuk saja bertiga.
Setelah di dalam, ternyata acara juga tidak langsung dimulai, masih menunggu beberapa peserta yang masih mengalir masuk.
Kampus yang terletak di jalan Tidar Raya 100 ini memang sering mengadakan acara-acara seperti ini. Kebetulan, kali ini KOLAM diundang oleh bu Eva. Dari jatah kuota 5 orang, kita hanya memakai 4 saja karena undangannya terbilang cukup dadakan sih.
Akhirnya acara dimulai dan dibuka dengan kata sambutan dari Ibu Eva Handriyantini, S.Kom, M.MT selaku ketua STIKI. Acara yang digelar pada hari Kamis (24/5) kali ini membahas beberapa sub topik, yaitu:
Bu Eva memperkenalkan dua pembicara yang akan menjadi nara sumber dialog kali ini, yaitu:
Amin Leimann, PMP, CISA
Project Management Institute
Honolulu Chapter
dan
Ray Ju, PMP, CSM, MBA, MAL
Board Director at National Association of Asean
American Professionals
San Francisco Chapter
Bu Eva pun sempat menyinggung tentang mendadaknya acara ini, meski undangan hanya disebar melalui sms dan BBM tapi ternyata yang hadir cukup banyak. Beberapa jam sebelum berbicara di forum ini, kedua narasumber kita ini juga sempat berbagi dengan mahasiswa-mahasiswi STIKI dengan topik “Menyongsong ASEAN Tanpa Batas 2015”.
Ini merupakan kesempatan pertama kali bagi Ray Ju hadir di Indonesia, terang bu Eva.
Setelah resmi dibuka, acara beranjak ke acara inti, yaitu dialog interaktif. Dialog yang dimoderatori oleh Jozua F. Palandi, M.Kom ini diawali dengan perkenalan dari perwakilan peserta yang hadir. Saya tak sempat mencatat semuanya, tapi setidaknya yang sempat tercatat antara lain hadir perwakilan dari Kolam, Anggota APTIKOM (STIKI, UB, ITN, STIMATA, VEDC, Ma Chung), Praktisi IT (Software house dan ISP), AMA Malang dan Kominfo Kota Malang.
Dari kedua pembicara tersebut, salah satunya berasal dari Indonesia.
Amin, arek Suroboyo yang saat ini bekerja sebagai Internal IT Auditor di Hawaiin Electric Industries (HEI), PLN-nya Hawaii, menjelaskan pentingnya kepercayaan dalam bisnis. Begitu pula dengan bisnis cloud computing, orang akan bersedia memakai layanan cloud computing bila ia mempercayai penyedia layanan tersebut.
Keamanan data menjadi isu yang sangat penting, apalagi kerahasiaan data-data pelanggan di Amerika benar-benar dilindungi.
Sementara, Ray Ju, yang lebih banyak bergerak di bidang TI khususnya di segmen kesehatan menambahkan karena pentingnya isu keamanan, bahkan para dokter tak bisa seenaknya menggunakan perangkat pilihan mereka sendiri saat bertugas di rumah sakit. Seorang dokter tak boleh memakai misalnya ipad untuk memutakhirkan data-data pasien, para dokter ini hanya boleh memakai perangkat yang memang telah disediakan oleh divisi TI.
Di acara dialog ini memang para pembicara saling bergantian memberikan informasi, saling menimpali dan berinteraksi dengan para peserta.
Amin pun sempat menyinggung tentang betapa enaknya di Indonesia karena listrik masih disubsidi oleh pemerintah hingga harga yang harus dibayar tidak terlalu mahal. Sementara di Hawaii sana harga listrik terbilang cukup mahal. Ia pun menambahkan kalau komponen biaya terbesar dari data center ada di pengeluaran untuk listrik.
Dari peserta ada pertanyaan mengenai bagaimana cara mengamankan data? apa yg harus diperiksa terkait sekuriti? Amin menjelaskan, untuk mengamankan data di dunia maya hampir saya dengan di dunia nyata. Dimulai dengan mengamankan perimeter, firewall, ids/ips, router, switch baru masuk ke bagian yang lebih detil lagi misalnya di aplikasi.
Bahkan untuk dunia perbankan sudah menjadi hal yang umum dilakukan penetration testing. Pihak bank sengaja menyewa tenaga ethical hacker untuk mencoba menerobos sistemnya.
Amin menyarankan untuk bergabung dengan asosiasi internasional semacam ISACA agar kita dapat memperoleh info-info terkait hal ini. Ada beberapa info yang bisa diperoleh secara gratis dan ada beberapa yang mengharuskan kita menjadi anggota terlebih dahulu.
Pertanyaan kedua yang diajukan oleh peserta adalah bagaimana memilih layanan cloud computing? Sebagai orang awam, cara paling gampang untuk memilih layanan adalah dengan memperhatikan brand. Siapa yang ada di balik layanan tersebut, sebagai contoh, tentu semua orang sudah mengenal salesforce.com salah satu penyedia layanan cloud computing yang merupakan brand ternama.
Apakah di Amerika pihak berwajib dapat mengambil data milik pengguna?
Tergantung permasalahannya, misalkan ada kejadian terkait dengan masalah keamanan nasional dalam hal ini yang berwenang adalah pemerintah federal, maka hal tersebut bisa saja terjadi. Akan tetapi itu pun harus melalui izin dari pengadilan. Polisi federal yang mengeksekusi pengambilan data ini harus dilengkapi dengan surat perintah tertulis.
Jadi tidak bisa misalnya ada polisi dari negara bagian yang ingin mengambil data pengguna seenaknya.
Topik terakhir mengenai appreciative inquiry akan saya tulis terpisah. Sabar ya.
Leave a Reply