Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Seringkali yang dijadikan kambing hitam atas kegagalan ketika kita ingin melakukan suatu perubahan di lingkungan kita adalah karena kurangnya sosialisasi.
Coba kita lihat salah satu contoh sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Malang tentang Responsible Riding (RR), selain di Malang, program ini juga disosialisasikan di Surabaya dan Jember serta beberapa kota di Jawa Timur lainnya. Sudah hampir satu bulan ini di ruas Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) tengah digalakkan program RR ini. Daerah yang termasuk KTL adalah di sepanjang Jl. JA Suprapto (depan Mapolresta Malang), Jl Letjen Sutoyo (depan Mitra II), dan pertigaan Jl A Yani Utara serta Jl Raden Intan. Lalu apa yang disosialisasikan ? kurang lebih adalah:
1. Jangan zig-zag dan main serobot di jalan (beri sein bila ingin pindah jalur)
2. Jangan ngebut di dalam kota (max 40km/jam)
3. Dahulukan kendaraan yang sudah menempati jalur terlebih dahulu
4. Gunakan handsfree jika mengadakan sambungan ponsel
5. Patuhi lajur kiri bagi Roda 2, MPU/Taxi
6. Pakailah helm standar termasuk anak-anak kita
7. Jangan serobot lampu merah
8. Gunakan zebra cross untuk menyeberang
Hihihi, jadi inget kejadian beberapa hari yang lalu, saat saya sedang menyeberang di zebra cross deket rumah, sedang enak-enaknya berjalan tiba-tiba dari sebelah kiri ada sepeda motor yang berjalan dengan cukup kencang dan membunyikan klakson dengan kerasnya, duh benar-benar tidak sopan. Reaksi pertama yg saya lakukan adalah berhenti sambil menengok ke arah sepeda motor tersebut. Dan reaksi orang tersebut setelah saya berhenti di 3/4 jalan adalah menarik gasnya lebih kencang. (Padahal saya menyeberang di zebra cross dan ditambah lagi, zebra cross itu ada di zona aman sekolah, yang notabene kecepatan maksimum di zona aman sekolah adalah 25 Km/jam).
Sosialisasi yang coba disampaikan kadang memang tidak bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Ini banyak sebabnya, bisa jadi memang masyarakatnya yang sudah kadung brengsek atau mereka sudah terbiasa ugal-ugalan, tapi mungkin juga pada waktu itu yang bersangkutan memang sedang ada urusan genting yang harus diselesaikan dengan cepat, sehingga tidak mengindahkan aturan di jalan (bukan berarti ini bisa dijadikan alasan kuat, hanya mencoba memahami supaya tidak tambah bete). Sebab lain kurang berhasilnya suatu sosialisasi adalah karena pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang sudah disampaikan di satu waktu bisa jadi dibiarkan saja di waktu yang lain. Seperti kasus RR yang disosialisasikan siang hari, tapi ketika malam walaupun ada petugas yang berjaga, tapi pelanggaran dibiarkan saja.
(Ya, RR memang masih merupakan operasi simpatik, jadi tidak ada tilang bagi yang melanggarnya. Tidak ada tilang, tidak ada pemasukan tambahan, jadi memang sebaiknya dibiarkan saja.)
Sebab lain tidak diterimanya pesan yang disampaikan, ya sudah bisa ditebak, kurangnya sosialisasi. Walaupun secara umum sosialisasi yang dilakukan sudah bisa dibilang pol-polan melalui pamflet, baliho, petugas jaga, koran, tv lokal, dsb, tapi saya sendiri tidak terlalu tau program RR ini. Berhubung saya lewat KTL seringnya ketika malam sudah larut, tidak ada petugas yang berjaga, banyak sepeda motor yang mengambil jalan kanan, saya yang jarang baca koran dan lihat tv lokal, lengkap lah sudah ketidak-tahuan saya.
Tapi begitu saya tau, sebisa mungkin saya ikuti kok, terutama aturan yang harus lewat jalur lambat itu. Aturan yang lain sepertinya selama ini sudah saya patuhi terlebih dahulu.
Tapi …. mbok ya itu jalur lambat dibenahi dulu tho pak pulisi, minta pak wali tu biar jalur lambat diberesin bolong-bolongnya, dikasih penerangan yang lebih memadai dan supaya jalan tidak bergelombang gak karu-karuan kayak sekarang.
Leave a Reply